JAKARTA — Industri film Indonesia kembali diramaikan dengan karya terbaru yang menyentuh sisi emosional dan psikologis kehidupan keluarga. Film berjudul Mungkin Kita Perlu Waktu, garapan sutradara ternama Teddy Soeriaatmadja, resmi menggelar gala premiere di XXI Epicentrum, Jakarta. Film ini tidak hanya menawarkan kisah drama keluarga yang kuat, tetapi juga mengangkat isu penting yang kerap terabaikan: kesehatan mental dan trauma dalam lingkup rumah tangga.
Diproduksi oleh Kathanika Films, Adhya Pictures, dan Karuna Pictures, Mungkin Kita Perlu Waktu menjadi karya perdana kolaboratif Kathanika dan Adhya Pictures. Film ini menceritakan dinamika batin sebuah keluarga kecil pasca kehilangan anak sulung mereka, Naura Hakim. Keluarga yang terdiri dari sang ayah Restu (diperankan Lukman Sardi), ibu Kasih (Sha Ine Febriyanti), dan anak bungsu Ombak (Bima Azriel) tampak menjalani kehidupan normal, namun luka yang belum sembuh menyelimuti relasi mereka sehari-hari.
Emosi yang Tidak Terucap Jadi Akar Konflik
Teddy Soeriaatmadja, yang juga bertindak sebagai penulis dan produser, mengaku bahwa gagasan film ini lahir dari perenungan pribadi saat pandemi.
“Saat pandemi di tahun 2022, saya punya banyak waktu di rumah. Masa-masa ini menjadi refleksi saya mengenai keluarga, bagaimana keluarga bisa berfungsi secara sehat terlepas dari formatnya,” ujar Teddy dalam sesi wawancara seusai gala premiere.
Teddy juga menambahkan bahwa konflik dalam film ini bukan jenis yang meledak-ledak, tetapi berasal dari emosi yang terpendam, ekspektasi yang membebani, dan komunikasi yang tidak tersampaikan.
“Hal yang tidak meledak-ledak tetap punya power untuk mengikis dari dalam,” jelasnya.
Karakter Ayah yang Rentan, Bukan Selalu Kuat
Lukman Sardi, sebagai pemeran utama sekaligus produser eksekutif, menjelaskan peran Restu sebagai potret ayah yang memikul banyak peran namun menyimpan kesedihan sendiri.
“Restu adalah gambaran nyata tentang bagaimana seorang ayah, suami, dan kepala keluarga memikul peran sebagai pelindung yang selalu tampak kuat. Tapi di balik ketegaran itu, ada rasa sakit yang sering dipendam sendiri,” ungkap Lukman.
Melalui karakter ini, Lukman ingin menekankan bahwa keberanian sejati juga bisa datang dari mengakui kerapuhan dan membuka diri terhadap bantuan.
Riset Mendalam untuk Peran Bertema Mental Health
Isu kesehatan mental dalam film ini tidak digarap sembarangan. Para pemain muda seperti Bima Azriel dan Tissa Biani melakukan riset mendalam demi merepresentasikan karakter dengan gangguan psikologis secara autentik. Tissa yang memerankan Aleiqa, seorang remaja dengan kondisi mental yang tidak stabil, mengaku melakukan pendekatan serius terhadap perannya.
“Sebisa mungkin aku ingin merepresentasikan mereka dengan baik namun tetap apa adanya. Aku juga latihan gestur, cara melihat, sampai cara bicara orang seperti Aleiqa yang mood-nya naik turun,” ujar Tissa.
Riset yang dilakukan tidak hanya lewat bacaan, tapi juga dengan berdiskusi bersama tim produksi, orang terdekat, hingga profesional di bidang psikologi.
Harapan Film: Keluarga Sebagai Tempat Aman untuk Bicara
Sebagai produser eksekutif dari Adhya Pictures, Ricky Wijaya menyampaikan harapannya agar film ini menjadi jembatan percakapan mengenai trauma dan mental health di dalam keluarga.
“Film ini ingin berbicara kepada setiap kita yang adalah bagian dari keluarga, entah sebagai anak, kakak, adik, dan orang tua tentang sebuah isu yang seringkali tidak dapat terucap,” ujar Ricky.
Ia juga menambahkan bahwa Adhya Pictures berkomitmen untuk menghadirkan karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Pendekatan Naratif yang Menggugah
Mungkin Kita Perlu Waktu disusun dari berbagai perspektif anggota keluarga dalam menghadapi kehilangan dan luka batin mereka. Film ini menggambarkan bahwa setiap individu memiliki cara masing-masing untuk mengolah duka, dan tidak semua bisa diekspresikan secara langsung. Dalam suasana rumah yang diam-diam hancur, komunikasi yang tertunda menjadi akar ketegangan emosional.
Cerita ini dibalut dalam suasana yang intim dan dekat dengan keseharian, diiringi musik tema menyentuh seperti “Waking Up Together with You” dari Ardhito Pramono serta “Tak Terima” yang dinyanyikan oleh Sheila Dara Aisha dan Donne Maula.
Tayang Serentak 15 Mei 2025
Film Mungkin Kita Perlu Waktu dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 15 Mei 2025. Dengan kekuatan narasi yang relevan, akting mendalam, dan penggarapan yang sensitif terhadap isu-isu psikologis, film ini diharapkan mampu membuka ruang diskusi publik mengenai pentingnya komunikasi dalam keluarga dan kesadaran akan kesehatan mental.
Film ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga ruang refleksi bahwa terkadang, hal paling dibutuhkan dalam sebuah hubungan bukanlah jawaban, tetapi waktu, pemahaman, dan keberanian untuk mengungkapkan rasa.